Cara Kaya dan Jalan Menuju Surga
Selamat Anda telah memilih dan membaca buku ini. Waktu, tenaga, fikiran dan uang yang banyak digunakah untuk belajar adalah cara terbaik menjemput kekayaan. Dan saat ini Anda berada dalam posisi itu. Berarti Anda sudah memahami bahwa Anda mampu dan layak untuk hidup lebih baik dari keadaan saat ini. Hidup dengan cahaya ilmu dan kebenaran. Hidup dengan kekuatan pengetahuan dan argumentasi.Hidup dengan petunjuk yang jelas dan terarah. Maka berbahagialah, karena Anda sangat berpeluang besar meraih apa yang Anda dambakan. Bersemangatlah dan lihat dampaknya dikemudian hari. Sungguh saya juga sangat bahagia berbagi pengalaman dengan Anda.
Persahabatan dengan H. Suwiknyo, mantan pemulung yang sukses menjadi miliyarder dalam waktu 3 tahun, memotivasi saya untuk lebih serius mengenal bisnis. Karenanya, perbincangan seputar bisnis ini akan sangat menarik. Terlebih lagi yang akan dikupas tuntas bukan hanya berbisnis biasa, tetapi prospektus bisnis luar biasa. Bisnis paling dahsyat sepanjang abad. Bisnis yang sudah digaransi langit pasti untung. Bisnis yang akan menjadikan pelakunya kaya, bertambah kaya dan berbuah surga dan bahagia.
Kaya yang saya maksud dalam buku ini adalah kekayaan dalam arti yang lebih luas dan istimewa. Kekayaan yang akan memenuhi semua kebutuhan manusia. Kekayaan yang akan menyelamatkan dan membahagiakan Anda. Kekayaan yang terintegrasi dalam tiga hal, yaitu kekayaan spiritual (jiwa atau hati), kekayaan intelektual (akal), dan kekayaan financial (materi). Lalu kekayaan apa yang Anda inginkan?
“Sesungguhnya, yang disebut kaya itu bukan karena banyaknya harta benda. Tetapi kekayaan jiwa seutuhnya”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits diatas Rasulullah menekankan akan urgensi dan keuntungan kekayaan jiwa yang utuh. Jiwa yang menjadikan financial (materi) sebagai wasaail (sarana), iman sebagai bekal, ilmu sebagai strategy dan akhirat sebagai tujuan. Karena jika manusia menjadikan akhirat sebagai tujuan, maka secara otomatis Allah akan cukupkan dunianya.
“Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai seluruh tujuan dari tujuan-tujuannya, maka Allah akan mencukupi duniawinya. Dan barangsiapa yang memperbanyak tujuan-tujuannyautnuk dunia, maka Alloh tidak peduli di lembah mana ia akan dibinasakan.”
(HR Ibnu Majjah dan Al-Hakim)
Berarti kunci kekayaan sebenarnya adalah tujuan. Yaitu kejelasan dan ketepatan dalam menentukan tujuan hidup. Jika tujuannya akhirat maka ia akan dapatkan dunianya. Jika tujuannya dunia maka kecelakaan dan kebangkrutanlah yang akan didapatkannya.
Sungguh saya sangat senang menemani Anda untuk mendapatkan kekayaan. Kekayaan yang dapat menambah cinta kepada yang Maha Pencipta. Kekayaan yang menjadikan Anda mendapat cahaya dan berkah dari yang Maha Kaya Raya. Kekayaan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kekayaan yang mampu membuahkan bahagia dunia akhirat. Bukan kekayaan yang justru akan menjadi belenggu kebaikan dan menjadikan pemiliknya menjadi fasik dan nsita disisi Tuhan-Nya.
”Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-NYA dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah 9:24)
Saya ingin semua orang bisa kaya, bahkan sangat kaya dalam arti yang sebenarnya. Dan saya yakin semua orang sangat berpeluang untuk kaya di dunia dan akheratnya. “Be No 1 In Your Business” demikian kata Blair Singer (2004). Penulis seri Rich Dad’s Advisor ini begitu yakin dengan teorinya. Maka saya pastikan bahwa berita langit lebih meyakinkan dan lebih pasti kebenarannya. Bukankah Allah SWT telah menjamin kekayaan kepada setiap insan? Bukankah Allah memerintahkan kita untuk segera menjemput rezeki-Nya?
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. As-Syura 42:19)
Hampir sama dengan kebanyakan orang, Saya dulu memahami kekayaan hanya sebatas harta. Sehingga ukuran untung dalam bisnis selalu dinilai materi. Saat ini kita harus lebih memahami bahwa ukuran untung itu begitu luas dan istimewa. Konsideran untung itu minimal meliputi enam perkara. Yaitu untung jika menjadi ilmu, untung jika menjadi ibadah, untung jika menjadi nilai silaturahim, untung jika menjadi nilai manfaat, untung jika menjadi nilai solusi dan untung jika menjadi nilai financial (materi).
Ada kisah unik dalam perjalanan takdir ini. Sejak kecil saya bertekad dan bercita-scita untuk menjadi pebisnis sukses. Saat itu umur saya sembilan tahun, setelah mengaji, saya berjualan sayur mayur dan buah-buahan di kampung. Walau saat itu saya belum mengerti istilah-istilah penjualan modern, seperti : Marketing plan, marketing mix, main share, market share, triangle marketing. Namun, saya sudah cukup mengerti laba dan rugi dalam berdagang. Saya pernah mendengar kajian sangat menarik tentang berniaga.
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jum’ah 62:9-10)
Sunguh indah ayat ini, yang memotivasi kita untuk menjemput rezeki yang telah ditebarkan Allah SWT. Maka setiap sore, saya berkeliling kampung untuk menjual hasil tani ibu. Dari hasil penjualan itu saya sisihkan untuk membeli ‘kitab kuning’ di Madrasah Diniyyah, seperti: Kitab jurumiyah, Safiinatunnajaah, Tafsir Jalalain, dll, sisanya, saya simpan untuk pembayaran SPP sekolah yang masih nunggak, dan untuk membeli buku pelajaran yang saat itu terasa sangat mahal. Sungguh saya ingin sekali membantu ibu dan mengurangi beban berat hidupnya.
Ketika itu saya belum faham, bahwa ketepatan dalam menentukan segmen pasar dan fokus area dalam bisnis adalah keniscayaan dalam mencapai profit. Ketika itu saya hanya mengerti bahwa saya harus berjualan kepada warga kampung Mariuk, desa Bantar Panjang, kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, yaitu tanah kelahiran saya, yang kebetulan kondisi finansial masyarakatnya masih terbatas. Kehidupan masyarakat di sana masih jauh dari sejahtera, bahkan ada beberapa penduduk yang mati karena busung lapar.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(QS. Al-Baqarah 2:155)
Saat itu, saya tidak ingat persis berapa modal dan investasi yang dikeluarkan oleh ibu saya. Hal yang masih saya ingat adalah, bahwa saat itu saya harus menjajakan kurang lebih 5 kilo gram ketimun, 10 ikat sawi, dan 15 ikat kacang panjang, yang ditargetkan habis setiap harinya. Jika terjual, maka saya mendapat margin Rp.100,- dari setiap ikatnya. Tapi jika tidak terjual, maka saya hanya mendapat profit sharing 1 ikat sawi dan 1 ikat timun, yang diinvestasikan untuk dijual pada hari berikutnya.
Sungguh saya sangat senang berniaga, apalagi jika semuanya habis terjual, saya akan mengantongi keuntungan sekitar Rp. 1.500. Pada tahun 1985 uang sejumlah itu begitu berharga bagi saya. Walau terkadang para konsumen yang saya temui membarter sayuran dengan telur ayam, atau ada juga di antara mereka yang gemar berhutang. Bahkan, ada juga yang sampai sekarang tidak membayarnya. Namun semuanya menjadi ilmu dan hikmah yang sangat luar biasa ketika saya semakin dewasa. Semoga semuanya menjadi ilmu, berkah dan pahala disisi Allah SWT.
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujaadilah 58 :11]
Kebiasaan bertemu dan bertransaksi aktif dengan banyak orang sejak kecil sangat bermanfaat dalam membangun mental dan keberanian. Dengan modal itu menjadikan saya siap bertemu dan bersahabat dengan siapa saja. Berteman dengan Bang Oleng tukang ojek Ciledug sampai Menteri bahkan pimpinan MPR RI atau presiden.
Tahun 1996 saya diminta untuk ikut mengisi seminar di Kuala Lumpur Malaysia oleh Persatuan Pelajar Melayu Kuwait (PPMK). Tawaran itu saya terima dengan senang hati dan acara berjalan dengan baik, padahal usia saya masih 19 tahun. Pada tahun 2005 saya juga diminta Salmin Dja’far dan Ahmad Heriyawan (sekarang gubernur Jawa Barat), untuk ikut berbisnis dan memimpin perusahaannya. Tawaran itu saya sambut dengan kedua tangan terbuka, walaupun usia saya masih 27 tahun. Dan sungguh benar, banyak pelajaran yang saya petik dari perjalanan takdir ini. Apapun yang terjadi, apapun yang kita dapat, apapun yang kita terima, maka sesungguhnya merupakan hikmah besar dalam hidup kita dikemudian hari. Maka mulailah untuk berbuat sekecil apapun itu. Karena ternayata mayoritas pebisnis sukses yang menguasai perekonomian dunia ini, sudah dididik dan mendidik anak-anak mereka berbisnis sejak kecil. Maka sangat penting mengikuti jejak mereka yang sukses.
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.
(QS. Al-Baqarah 2:296)
Mengapa kita harus belajar berbisnis sejak dini? Menurut para pakar “Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan”. Demikian juga pendidikan tentang bisnis.
Kegiatan berbisnis sejatinya sudah kita lakukan dalam kehidupan setiap harinya. Dari mulai bangun tidur sampai kita tidur kembali. Dari kita terlahir ke dunia sampai kita kembali ke liang lahat. Semua itu tidak ada yang terlepas dari kegiatan berbisnis. Segala jenis benda seperti: jarum, jam tangan, jam dinding, sabun mandi, sabun cuci, sendok, teko, panci, motor, mobil, pesawat, baju yang kita pakai, rumah yang kita diami, bahkan kain kafan yang akan membungkus kita di liang lahat nanti. Semuanya tak ada yang tidak melalui siklus bisnis. Ada yang menyiapkan formula, ada yang menyediakan bahan baku, ada yang memproduksi, ada yang mendistribusi, ada yang mempromosikan, ada yang menjual, ada yang membeli. Hasilnya, ada yang kadang mendapat manfaat, ada yang selalu mujur, ada juga yang kadang tertipu, ada yang mendapat untung dan ada juga yang rugi. Ada yang sukses dan ada yang gagal, Ada yang bisnisnya berkembang pesat, ada juga yang berada dalam posisi bangkrut.
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi.”(QS. Saba’ 34:37)
Inilah warna kehidupan yang harus dijalani manusia. Semua itu diciptakan oleh Allah untuk menjaring hamba-hamba-Nya yang unggul. Agar manusia menjadi manusia yang mau bertransaksi dengan Tuhan. Mau berbuat baik dengan sesama manusia. Menjadi pemelihara ciptaan Allah SWT. Karenanya setiap manusia berpotensi untuk sukses melakukan bisnis. Maka jadilah Anda pebisnis yang terbaik, di mata manusia atupun di mata Allah SWT. Bisnis untuk menanam padi bukan menanam rumput. Orientasi kita bukan hanya berbisnis untuk keuntungan dunia saja tapi bisnis untuk meraih kekayaan dan kebahagian dunia serta akhirat.
“Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk 67:1-2)
caraBisnisdenganTUHAN peluangBisniskiatBisnistipsBisniskonsultanBisnis
Anda ingin kaya Raya dunia Akhirat? Anda ingin Jawabannya? Klik disini ajaa! Oke.
Posting Komentar
Posting Komentar