Bagaimanakah
cara seoarang tukang kayu mampu menjadi Walikota Solo ? Siapa profil JOKOWI
sebenarnya? Apa cara sukses Jokowi meyakinkan penduduk Jakarta bahkan rakyat
Indonesia untuk menjadi pemimpin? Apa strategy marketing tim JOKOWI dalam memenangkan
pilkada DKI Jakarta? Mengapa JOKOWI diterima di Ibu Kota Negara yang
masyarakatnya sangat plularis dan heterogen? Apa jurus jitu politik pencitraan
JOKOWI ? Siapa saja tim sukses dibalik kemenangan JOKOWI, baik dari para pakar
komunikasi atau para pengusaha yang mendukung dana sangat fantastic untuk
memenangkan JOKOWI? Apa hikmah yang dapat kita ambil untuk sukses bisnis agar popularitas dan elektablitas produk usaha kita terus meningkat dan terus memeberikan keuantungan yang besar ?
Saya
tertarik dengan sebuah artikel dengan judul “Menjual Diri ala Jokowi”
artikel ini diulas oleh Tri Setia Ayuningsih, Ariza Raditya Z, dan teman teman.Setidaknya ini akan jadi prolog artikel yang saya akan haturkan kepada Anda
Fenomena ‘begitu diterimanya
Joko
Widodo (Jokowi) ditengah masyarakat’ sebenarnya bisa dikerangkai secara
akademik. Selain karena pemicu natural, penasbihan popularitas Jokowi oleh masyarakat sesungguhnya juga disebabkan oleh
‘paksaan’. Faktor figur kemudian menjadi konkretisasi dari pengakuan masyarakat terhadap kapabilitas Jokowi secara alamiah. Tetapi di sisi yang lain,
political branding mewakili cara
untuk memaksa publik agar memberikan pandangan positif terhadap kompetensi
Jokowi melalui pencitraan yang didisain sedemikian rupa. Paper ini
kemudian akan berusaha untuk secarakonseptual
menjelaskan analisis pengakuan masyarakat terhadap popularitas Jokowi dari perspektif pencitraan. Di mana
labelling yang muncul bukan karena
inisiatif masyarakat,tetapi karena pembagusan figur secara intensif. Kata
kunci : political branding, pencitraan
Mengapa JOKOWI saat ini menjadi Sangat Populer ?
Akhir - akhir ini nama Jokowi sangat populer di telinga
masyarakat, penyebabnyatidak lain adalah porsi pemberitaannya di berbagai media
massa yang seolah tiada henti.Semua adegan dalam kehidupannya sudah menjadi
konsumsi khalayak, bahkan ketika dirinyasedang tidak menjadi pejabat negara sekalipun. Usut punya usut,
gaya kepemimpinannyayang sering nyeleneh
tur sembodo dan sesekali melawan mainstream,
digadang gadang menjadi daya magnet luar biasa yang kemudian menjadi
alternatif pilihan berita.
Secara konseptual, ini kajian
yang sangat menarik terutama di ranah intermediari.Politik memberi ruang bagi
seseorang atau sekumpulan orang untuk mencapai kekuasaanmelalui cara cara persuasif untuk supaya ia
mendapatkan sekian jumlah dukungan elektoral,sementara media sangat
mempersilakannya karena itu bagian dari pekerjaan mereka. Politik
dan media kemudian menjadi dua aspek yang saling berrelasi
mutualis, yang melahirkan satuproduk interseksi bernama political branding .Secara
sederhana, political branding merupakan topik kompromis dari ranah mediadan politik. Politik
melahirkan aktor pemakainya, sementara media meminjamkankatalisatornya. Jika
dikaitkan dengan substansi penugasan, Jokowi yang secara politis sedangmembutuhkan
dukungan konkret dari masyarakat agar terpilih sebagai calon gubernur DKI,dikatalis oleh media melalui mekanisme tersebut.
Tanpa political branding, akseptabilitas Jokowi di tengah masyarakat
tidak akan sementereng hari ini. Oleh karenanya secara lekas, paper ini
akan berusaha menjelaskan aktualisasi political branding yang dilakukan oleh Jokowi hingga akhirnya
terpilih menjadi gubernur DKI. Adapun porsi teoretik untuk
mempertahankan kajian ini tetap berada di ranahakademik, juga akan penulis
upayakan. Sebagai bukti, penulisan ilmiah ini akan dipandu olehdua pertanyaan
besar; apa
yang dilakukan Jokowi untuk mencitrakan dirinya ? dan
bagaimana respon masyarakat terhadap
pencitraan dirinya ?
Ide mengaplikasikan
manajemen branding ke dalam entitas partai politik menjadi ideyang menantang karena selama ini partai politik
telah lama melihat dirinya dikendalikansecara ideologis dan bukan berorientasi
pasar. Namun seiring dengan meningkatkanya gagasan neoliberal, partai politik menjadi semakin berorientasi pasar (Reeves, Chernatony &Carrigan
2006).
Political branding merupakan salah satu strategi dalam membangun
citrapolitik (political image)
individu, kelompok, atau partai politik. Secara spesifik, konsep political branding
mengacu pada taktik yang digunakan oleh
politisi untuk meraihpopularitas dalam pemilihan. Dewasa ini, political branding tidak sebatas menggunakanmetode periklanan politik tradisional, namun lebih pada penggunaan
metode kampanyeidentitas diri dan kampanye pemasaran menyeluruh (Scammell
2007). Lebih lanjut, menurutScammell (2007),
brand atau
merek yang difahami tim JOKOWI didfinisikan sebagai representasi psikologis
dari sebuahproduk atau organisasi, lebih
merupakan nilai guna simbolis daripada nilai guna yang nyata(Scammell
2007, h. 177). Branding merujuk pada
berbagai aktivitas organisasi yangditujukan pada upaya mengkreasi dan
mendorong citra dari organisasi yang berbeda dalambenak konsumen. Aktivitas ini
memfokuskan pada atribut-atribut yang dipilih untuk
Political branding JOKOWI juga melibatkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki, seperti
intelektualitas, kharisma, integritas moral, dan tentunya sumberdaya ekonomi.
Satu lagikonsep yang lekat kaitannya dengan
political branding adalah political marketing yangdipahami sebagai proses pemasaran Branding politik
pada pasar pemilih untuk mendapatkandukungan dari calon pemilih (Shama 1976, h.
766).
Political marketing menjadi strategiuntuk
menginformasikan pemilih terhadap kandidat yang diusung dan di saat yang
samamempengaruhi perilaku pemasaran target, sekaligus memberikan fasilitasi
kepada kandidatyang telah di- branding.
Dengan demikian, political branding dapat dilakukan denganstrategi political marketing yang efektif untuk meraih dukungan dari calon
pemilih.Dalam konteks yang lebih teknis dan spesifik, political
branding tidak bisa terlepas dari
political marketing
yang dilakukan oleh parpol atau kandidat. Kedua hal tersebutdibangun melalui iklan-iklan politik melalui
beberapa media seperti media cetak, mediaelektronik, baliho dan spanduk.
Hal tersebut dilakukan untuk menarik simpati pemilihsebagai upaya meraih
dukungan dari pemilih (Pradhanawati 2011, h. 8).
Political branding maupun political
marketing banyak dilakukan oleh kandidat-kandidat atau orang-orang yangmenginginkan
jabatan-jabatan publik baik di tingkat pusat maupun daerah, seperti; kursiDPR,
DPRD, Gubernur-Wakil Gubernur, Walikota-Wakil Walikota, Bupati-Wakil Bupati,maupun Presiden-Wakil Presiden. Hal tersebut juga
terjadi pada fenomena Jokowi dan Ahok pada pemilihan gubernur-wakil
gubernur DKI pada tahun 2012 yang lalu. Namun demikiandalam melakukan pemasaran
politik, di luar bantuan media massa, Jokowi-Ahok sebenarnya juga didukung oleh partai pengusungnya, yakni PDIP dan
Gerindra. Otomatis, bukan suatuhal yang janggal apabila di dalam
iklan politik kedua calon tersebut, terpampang gambarpartai-partai atau tokoh partai yang mengusung atau mendukung kedua
calon.
Menurut Dan Nimmo, dalam political
marketing , produk politik terbagi menjadiempat, yakni; 1)
Policy ; kebijakan, isu, dan program kerja, 2) Person ; figur kandidat danfigur pendukung, 3)
Party; ideologi,
struktur, visi-misi dari partai yang mencalonkan
Jika kita berbicara tentang Cara Sukses Personal Marketing JOKOWI akan sangat banyak literaturnya, dan sangat banyak penafsirannya, insya Allah saya akan sajikan lanjutan Cara Sukses Personal Marketing JOKOWI kepada anda dilain waktu. Sebelumnya saya sarankan anda untuk seaching atau googelling dengan kata kunci Cara Sukses Personal Marketing JOKOWI sebagai bahan bacaan Anda!
Posting Komentar
Posting Komentar