Jakarta - Bagi orang awam pengguna komputer, Microsoft identik dengan sistem operasi Windows serta aplikasi perkantoran Office. Peranti-peranti lunak itu nyaris ada di setiap komputer di dunia, meski Apple berusaha menyaingi lewat iOS, juga sistem operasi gratis Linux.
Meski Windows nyaris ada di setiap komputer dunia, ternyata sumbangan sistem operasi itu bagi penghasilan perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates tersebut bukan yang terbesar. Bukan karena banyaknya Windows bajakan, melainkan lantaran moncernya divisi yang mengurusi peranti lunak untuk server, termasuk sistem operasi cloud computing—proses komputer yang mengandalkan jaringan Internet dan server di tempat lain—yakni Windows Azure.
Dalam majalah detik edisi 115, divisi server ini meraih pemasukan US$ 20,3 miliar (Rp 247 triliun), lebih banyak US$ 1,6 miliar ketimbang sumbangan Windows. Pada kuartal terakhir, pendapatan divisi ini bahkan melonjak 107 persen. Pekan lalu, pemimpin divisi ini, Satya Nadella, mendapat hadiah: ditunjuk sebagai CEO Microsoft, menggantikan Steve Ballmer.
Dalam acara tanya-jawab dengan pelanggan setelah diangkat jadi CEO, Nadella secara khusus menyebut Internet of Everything—menyambungkan manusia, data, dan proses—sebagai tren yang akan menjadi acuan Microsoft. Jadi mereka akan memusatkan perhatian untuk membangun dunia cloud computing, terutama untuk ponsel.
Tulisan selengkapnya bisa dibaca GRATIS di edisi terbaru Majalah Detik (edisi 115, 10 Februari 2014). Edisi ini mengupas tuntas “Gita Kok Gitu”. Juga ikuti artikel lainnya yang tidak kalah menarik, seperti rubrik Nasional “Tiga Nama demi Suara”, Internasional “Kubur Kapak Perang Taliban Menjelang Pulang”, Bisnis “India di Pucuk Microsoft”, Gaya Hidup “Diet ala Steve Jobs”, rubrik Seni Hiburan dan review Film“Killers”, serta masih banyak artikel menarik lainnya.
Posting Komentar
Posting Komentar